05 November 2008

Ujian Ukhuwah

Ukhuwah. Kalimah ini begitu sinonim dengan umat islam dan hubungan sosial sesama muhrimnya. Sesiapa pun yang mempunyai handphone pasti pernah inboxnya dipenuh dengan mesej-mesej berbau ukhuwah, termasuk ana.

Ada yang mengatakan ukhuwah itu ibarat tasbih, ada permulaan tetapi tiada penghujung, diratib demi cinta kepada Allah semata. Ada juga yang mengatakan ukhuwah itu ibarat kaca, berkilau bila sering digilap namun apabila ia retak atau pecah ia tidak mungkin sempurna lagi. Sama ertinya dengan kata-kata bahawa ukhuwah yang terjalin setelah berlakunya sesuatu perpisahan itu tidak akan seindah ukhuwah yang sebelumnya.

Berbagai-bagai mutiara kata, berbagai-bagai mutiara hikmah disusun bagi mendifinisikan perihal ukhuwah ini. Namun tiada satu pun kata-kata manusia yang mampu menandingi kata-kata Allah dalam Al-Quran dan kata-kata Rasulullah dalam hadith-hadithnya.

“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang” [Al-Balad, 90:17]

Dalam surah ini Allah menyatakan bahawa ukhuwah hanya berlaku sekiranya mereka saling berpesan sesama mereka dalam hal yang makruf. Dan tidak akan wujud ukhuwah dalam tujuan yang sebaliknya. Di sini juga ada disebutkan perihal akhlak iaitu sabar. Dan itulah isu yang ingin ana bangkitkan kali ini; sabar dalam berukhuwah.

Sememangnya benar ukhuwah itu memerlukan tahap kesabaran yang tinggi, kerana manusia ini ada berbagai ragamnya. Ada orang yang berfikiran terbuka dan ada yang emosional (sensitif), ada yang mudah bertolak-ansur dan ada yang keras kepala, ada yang tenang dan ada yang mudah tersinggung, begitu juga ada yang jahil dan ada yang ‘alim [Fathi Yakan, Madza Yakni Intima’i Lil Islam].

Hati ini dahulunya memang kebal dengan kerenah manusia. Buatlah apa yang antum ingin buat, katalah apa yang antum ingin katakan tentang diri ana, ana tak kan memantulkan semula semua itu pada antum. Namun entah kenapa makin hari makin nipis benteng kesabaran dalam diri. Seringkali hati ini terusik/terasa dengan kata-kata teman yang dipercayai. Namun alhamdulillah, konsep berlapang dada yang seringkali disebut-sebut dalam usrah telah mendecreasekan sifat mazmudah itu dalam diri ini.

Terlalu sukar rasanya untuk membuat pemilihan teman pada masa ini. Pertukaran suasana dan tempat memaksa diri mencari teman yang baru. Seandainya dahulu diri ini gagal dalam memilih teman, maka sudah pasti pusat-pusat kecantikan dikunjungi saban bulan, shopping complex diterokai saban minggu, dan tidak mustahil saban lewat malam kafe-kafe akan dijadikan tempat pertemuan dengan teman-teman bukan muhrim. Dalam Al-Quran, Allah berfirman:

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian kerana mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami member kepadanya pahala yang besar” [An-Nisaa, 4:114]

Begitulah Allah memberi petunjuk kepada hambaNya berkenaan hal pemilihan teman untuk berukhuwah. Namun bagaimana pula jika timbul isu pemutusan hubungan dalam berukhuwah?

Seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai kaum kerabat yang selalu saya hubungi mereka tetapi mereka semua memutuskan hubungan dengan saya, saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jahat terhadap saya, saya berlemah-lembut dengan mereka tetapi mereka bersikap keras terhadap saya”. Lalu baginda bersabda: “Jika sekiranya engkau berbuat seperti yang engkau katakan, seolah-olah engkau menjemukan mereka dan engkau tetap akan mendapat pertolongan dari Allah selama engkau berbuat demikian”.

Hal ini pernah terjadi dalam hidup ana. Betapa sedih dan pilunya hati ini bila pertanyaan khabar yang seringkali diajukan tidak berbalas. Apakah diri ini membosankan? Atau mungkin pernah wujud kata-kata dari lidah ini yang telah menyakiti hati mereka. Sesungguhnya diri ini hanya ingin menjadi peng-ukhuwah seperti yang disarankan oleh Allah. Maaf dipinta seandainya pernah ana mengguris perasaan sesiapa, terutama pada hati-hati mereka yang pernah menjadi teman akrab ana.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat, 49:10]

Waallahu’alam.

2 comments:

Anonymous said...

ASSALAMUALAIKUM ya saudaraku.

Ujian terberat adalah ujian uyang berasala dari orang2 dekat dan orang2 yang kita sayangi, ujian terberat pula adalah ujian ukhuwah,ketika ukhuwah kita di uji.

ana saat ini sedang mengalaminya, ana tidak tahu harus tabayun seperti apa lagi, begitu susahnyakah memafkan? padahal kata 'Afwan' sering di obral.

pasti iblis dan syaiton sedangng bergembira diantara kami yang bermasalah dengan ukhuwah

Anonymous said...

begitu memilukan ketika kami bertemu atas dasar ukhuwah, dakwah karena Allah taala, kami harus dipisahkan dengan hal sepele.
susahkah memafakan itu?

Post a Comment

Design by Abdul Munir
Modified by Kapt Ir Dr